Histamin dan antagonis histamin
Senyawa-senyawa agonis histamin:
Selain itu senyawa lain yang merupakan agonis histamin adalah :
ANTAGONIS H-1
Antagonis H-1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin-H-1.Antagonis H1 dievaluasi berdasarkan kemampuannya menghambat kejang karena induksi histamin pada secarik ileum marmot terpisah. Antagonis H1 bermanfaat untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca. Selain itu antagonis H-1 juga digunakan sebagai antiemetik, antimabuk, anti parkinson, antibatuk, sedatif, antipsikotik, dan anestesi setempat Antagonis H-1 kurang efektif untuk pengobatan asma bronchial dan schock anafilaksis. Antagonis H-1 menimbulkan efek potensiasi dengan alkohol dan obat penekan syaraf pusat. Efek samping antagonis H-1 antara lain mengantuk, kelemahan otot, gangguan koordinasi pada waktu tidur, gelisah, tremor, iritasi, kejang dan sakit kepala.
Aktivasi reseptor H1 oleh histamin
berakibat:
Aktivasi reseptor H3 berakibat:
Berdasar strukturnya antihistamin digolongkan menjadi:
A. Eter amino alkil
Fenbenzamin merupakan salah satu anti histamin kuat yang ditemukan oleh Halpern (1942), dan merupakan model untuk deret senyawa yang mempunyai struktur umum.
Sintesis dan evaluasi hayati senyawa dengan struktur ini menghasilkan banyak anti histamin yang dipakai dalam klinik.
Beberapa turunan propilamin antara lain :
5. Cetirizine
5. Sebutkan turunan dari fenotiazin?
6. Bagaimana mekanisme turunan dari propilamin?
7. Bagaimana mekanisme turunan dari etilendiamin?
8. Bagaimana efek samping dari propilamin dan etilendiamin?
Struktur histamin |
Tersebar di alam, terdapat di ergot dan tanaman lain, serta
disemua organ dan jaringan tubuh manusia. Histamin bersifat basa, gugus amino
rantai samping memp. pKa = 9,70 dan gugus imidazol amin memp.pKa = 5,90. Pada
pH tubuh senyawa ini berada sebagai kation bervalensi tunggal.
Dalam tubuh histamin
berasal dari hasil dekarboksilasi histidin
dari alam. Reaksinya dikatalisir oleh histidin dekarboksilase (William
& Lemke,2002).
Histamin mempunyai sifat: - merangsang sekresi asam lambung
- menaikkan laju jantung
- menghambat kontraksi uterus tikus
- stimulasi sel parietal pada perut, sehingga sekresi HCl meningkat pengerutan otot polos saluran cerna yang menyebabkan sakit epigastrik, mual muntah dan diare.
- dilatasi arteriol pra dan pasca kapiler sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
Betazol HCl |
Selain itu senyawa lain yang merupakan agonis histamin adalah :
- Histamin fosfat
Dalam klinik dipakai
untuk diagnosa ketidak-beresan sel penghasil asam ( sel parietal) dalam
lambung. Zat ini merupakan stimulan sekresi asam lambung yang kuat. Tidak
adanya sekresi asam sesudah injeksi dianggap bukti bahwa kelenjar penghasil
asam lambung tidak berfungsi (suatu kondisi aklorhidria). Dosis lazim : Subkutan
27,5 μg / kg BB
- Betazol HCl.
mekanisme alergi |
ANTAGONIS H-1
Antagonis H-1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin-H-1.Antagonis H1 dievaluasi berdasarkan kemampuannya menghambat kejang karena induksi histamin pada secarik ileum marmot terpisah. Antagonis H1 bermanfaat untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca. Selain itu antagonis H-1 juga digunakan sebagai antiemetik, antimabuk, anti parkinson, antibatuk, sedatif, antipsikotik, dan anestesi setempat Antagonis H-1 kurang efektif untuk pengobatan asma bronchial dan schock anafilaksis. Antagonis H-1 menimbulkan efek potensiasi dengan alkohol dan obat penekan syaraf pusat. Efek samping antagonis H-1 antara lain mengantuk, kelemahan otot, gangguan koordinasi pada waktu tidur, gelisah, tremor, iritasi, kejang dan sakit kepala.
Struktur umum antagonis H1 |
Ar = Aril
R = Alkil
X = C,
N atau O
Secara umum atom N ujung harus merupakan amina tersier
supaya maksimal aktivitasnya, atau dapat pula bagian dari struktur
heterosiklik.
Perpanjangan atau percabangan rantai samping
2aminoetil menghasilkan senyawa yang kurang aktif.
Parameter fisikokimia dan sterik penting terhadap aksi
antagonis H-1, tetapi tidak ada korelasi langsung antara sifat dan efek
antihistaminnya.
- Penurunan tahanan vaskuler perifer
- permeabilitas venula post kapiler naik
- Vasokonstriksi arteri koroner dan basilaris
- Bronkospasme
- Konstraksi otot polos gastrointestinal
- Rasa sakit dan gatal pd ujung syaraf kulit
- Pada dosis tinggi menyebabkan pelepasan katekolamin dari medulla adrenalis
- Penurunan tahanan vaskuler perifer
- Vasodilatasi kulit muka
- Dilatasi arteri karotis dan pulmonaris
- Frekuensi dan kontraksi jantung naik
- Otomatisitas atrium dan ventrikal naik
- Bronkodilatasi
- Sekresi asam lambung dan pepsin
- Hambatan terhadap Ig E-dependen degranulation dari pada basofil
Aktivasi reseptor H3 berakibat:
- Penghambatan terhadap pelepasan neurotransmitter (histamin) dari neuron-neuron histaminergik di otak
- Hambatan pelepasan transmitter dari saraf tepi dalam sistem saraf otonom dan pleksus mienterikus
- Pengurangan influks kalsium didalam otak dan saraf perifer
Reseptor H4 diketemukan terutama dalam jaringan
intestinal, limpa, dan sel-sel aktif
immun ( seperti T cell, neutrophil dan eosinophil), Reseptor H4 diduga mempunyai peranan
penting dalam pengaturan fungsi immun.
Berdasar strukturnya antihistamin digolongkan menjadi:
- Eter amino alkil (etanolamin eter)
- Etilen diamin
- Turunan Propilamin
- Antihistamin cincin trisiklik
etanolamin eter |
A. Eter amino alkil
- Senyawa-senyawa yang paling aktif mempunyai panjang rantai dua atom C. Kuarterinisasi nitrogen rantai samping tidak selalu menghasilkan senyawa yang kurang aktif.
- Golongan ini mempunyai aktivitas antikolinergik nyata, yang mempertinggi aksi pengeblokan reseptor H1 pada sekresi eksokrin.
- Efek samping pemakaian eter amino alkil tersier adalah mengantuk, sehingga dipergunakan sebagai pembantu tidur pada obat tanpa resep.
- Golongan ini dapat mengganggu penampilan tugas pasien yang memerlukan ketahanan mental
Difenhidramin HCl USP = Benadryl
Basa bebasnya seperti
minyak dan larut dalam lipid, tersedia dalam garam HCl, yang berupa kristal
yang berasa pahit, stabil diudara dan larut dalam air, alkohol dan kloroform,
pKa : 9
Larutan 1 % dalam air
mempunyai pH sekitar 5. Difenhidramin mudah disintesis,
dengan mengkondensasikan benzhidril bromid dengan dimetil amino etanol dengan
adanya natrium karbonat.
Diberikan
secara oral atau parentral untuk pengobatan urtikaria, rhinitis musiman dan
antiemetik dan obat batuk. Difenhidramin
diikat oleh plasma protein 80-98%, kadar tertinggi dicapai dalam 2-4 jam
setelah pemberian oral.
Dimenhidrinat USP;
Dramamine;
= 8-kloroteofilin-2-(difenil metoksi)-N-Ndimetil
etilamin.
Dibuat dengan mereaksikan
difenhidramin dengan 8 kloroteofilin. Dengan adanya turunan
purin tersebut dimaksudkan agar ada efek menstimulasi system syarat pusat. Dapat digunakan untuk
mabuk perjalanan dan untuk mengatasi rasa mual pada waktu hamil.
Karbinoksamin Maleat ;
Colistin maleat
Bentuk basa bebasnya
berupa cairan menyerupai minyak yang larut dalam lipid. Garam maleatnya
berbentuk kristal putih, larut dalam air dan mudah larut dalam alkohol dan
kloroform.
Perbedaan struktur
karbinoksamin dengan klorfeniramin terletak pada atom oksigen yang dipisahkan
oleh atom karbon asimetrik dari rantai samping aminoetil.
Isomer levo karbinoksamin yang lebih aktif
mempunyai konfigurasi absolut S dan dapat superimposabel dengan isomer
klorfeniramin yang mempunyai konfigurasi absolut S. Karbinoksamin merupakan
antihistamin poten yang efek sedasinya kurang menonjol dan tersedia sebagai
campuran rasemik.
Klemastin Fumarat
Obat ini mempunyai aksi
durasi yang lama, dengan aktivitas yang mencapai maksimum dalam 5 – 7 jam, dan
tetap berlangsung selama 10 – 12 jam.
Jika diberikan peroral
akan diabsorpsi dengan baik dan ekskresinya terutapa di urin.
B. Etilendiamin.
Etilendiamin mempunyai
efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal.
Antihistamin tipe
piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin.
Pada kebanyakan molekul
obat adanya nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk
pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral. Gugus amino alifatik
dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N
yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis. Elektron bebas pada
nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.
Struktur resonansi yang
menunjukkan delokalisasi elektron adalah sbb.
Adanya penurunan kerapatan elektron pada N, menjadi
kurang basis dan protonasi pada posisi ini berlangsung lambat.Contoh turunan etilendiamin |
Fenbenzamin merupakan salah satu anti histamin kuat yang ditemukan oleh Halpern (1942), dan merupakan model untuk deret senyawa yang mempunyai struktur umum.
Sintesis dan evaluasi hayati senyawa dengan struktur ini menghasilkan banyak anti histamin yang dipakai dalam klinik.
1.Tripelenamin sitrat USP, Pyribenzamin citrate;
PPZ; 2-benzil
[{2-(dimetil-amino)-etil}amino] piridin dihidrogen sitrat (1:1)
Merupakan turunan fenbenzamin dengan satu
penggantian isosterik sederhana, yaitu gugus fenil diganti dengan gugus
piridil.Penggaraman dengan asam
sitrat, karena garam sitrat kurang pahit dibanding garam HCl, sehingga rasanya
lebih enak.Karena berbeda bobot
molekulnya dosis kedua garam harus disetarakan: 30 mg garam sitrat setara
dengan 20 mg garam hidrokloridanya.
2. Tripelenamin
Hidroklorida
Garam tripelenamin HCl
merupakan serbuk kristal putih dan akan berubah menjadi gelap dengan adanya
cahaya. Garam yang larut dalam
air (1: 0,77) dan dalam alkohol (1:6). Mempunyai pKa sekitar 9 , pada larutan
0,1 % merupakan pH 5,5. Jika diberikan per oral,
absorbsinya baik dan efektifitasnya sama dengan difenhidramin dan reaksi
sampingnya lebih sedikit dan lebih ringan.
Menyebabkan kantuk dan
harus dihindarkan pemakaian dengan minuman beralkohol.
3. Pirilamin Maleat USP ;
2-[(2-dimetilaminoetil-9p-metoksibenzil)
amino] piridil bimaleat
Basa bebas berbentuk
seperti minyak, tersedia sebagai garam asam maleat., yang berupa serbuk kristal
putih dengan sedikit bau, berasa pahit dan asin. Merupakan antihistamin
yang kurang poten, tetapi poten dalam meng-antagonis kontraksi terinduksi
histamin pada ileum marmot.
Karena mempunyai daya
anestetika lokal, tidak boleh dikunyak harus bersama makanan.
4. Metapirilen HCL USP
; Histadyl HCL; 2-[(dimetilamino- etil) (2- tienil)-amino
piridin monohidroklorida
Berupa serbuk kristalin putih,
rasa pahit, larut dalam air, alkohol dan kloroform, larutannya mempunyai pH
5,5. Cincin tiofen dianggap isosterik dengan cincin benzena dan isoster ini
memperlihatkan aktivitas yang sama. Konformasi trans-metapirilen lebih
disukai untuk dua atom nitrogen etilen diamina.FDA pada tahun 1979 menarik produk yang mengandung metapirilen karena
menyebabkan kanker.
5. Tonzilamin HCL; 2-[
Z(2-dimetilaminoetil) (pmetoksi-
benzil) amino] pirimidin hidroklorida
Berupa serbuk kristalin, larut dalam air , alkohol dan
kloroform. Larutannya 2% dalam air
mempunyai pH 5,5. Aktivitasnya sama dengan
tripelenamin tetapi kurang toksis. Dosis lazim: 50 mg, 4 kali sehari.
C. Turunan Propilamin
Anggota kelompok yang
jenuh disebut sebagai feniramin yang merupakan molekul khiral. Turunan
tersubstitusi halogen dapat diputuskan dengan kristalisaasi dari garam yang
dibentuk dengan d-asam tartrat. Antihistamin
golongan ini merupakan antagonis H1 yang paling aktif. Mereka tidak
cenderung membuat kantuk, tetapi beberapa pasien mengalami efek ini. Pada anggota yang tidak jenuh, sistem ikatan
rangkap dua aromatik yang koplanar Ar – C = CH-CH2 - N faktor penting untuk aktivitas antihistamin. Gugus
pirolidin adalah rantai samping amin tersier pada senyawa yang lebih aktif. Pada anggota alkena
(tidak jenuh), aktivitas antihistamin konfigurasi E berbeda sangat menyolok
dibandingkan dengan konfigurasi Z,
sebagai contoh: E-Pirobutamin sekitar 165 kali lebih poten dari pada
Z-Pirobutamin; E-Triprolidin
aktivitasnya sekitar 1000 kali lebih
poten dibandingkan dengan Z-triprolidin. Perbedaan ini dikarenakan jarak antara amina alifatik
tersier dengan salah satu cincin aromatik sekitar 5-6 Ao, yang jarak tersebut diperlukan dalam ikatan sisi
reseptor.
Beberapa turunan propilamin antara lain :
1.Feniramin maleat; Avil
; Trimeton; Inhiston maleat
Berupa garam yang
berwarna putih dengan sedikit bau seperti amin yang larut dalam air, dan alkohol.
Feniramin maleat
merupakan anggota seri yang paling kecil potensinya dan dipasarkan sebagai
rasemat . Dosis lazim : 20 – 40 mg, sehari 3 kali.
2. Klorfeniramin maleat ;
Chlortrimeton maleat; CTM ; Pehachlor
Berupa puder kristalin
putih, larut dalam air, alkohol dan kloroform. Mempunyai pKa 9,2 dan larutannya
dalam air memounyai pH 4-5.
Klorinasi ferinamin pada
posisi para dari cincin fenil memberikan kenaikan potensi 10 x dengan perubahan
toksisitas tidak begitu besar.
Hampir semua aktivitas
antihistamin terletak pada enantiomorf dektro. Dektro-klor dan brom feniramin
lebih kuat daripada levonya.
3. Dekstroklorfeniramin
maleat = Polaramine maleat
merupakan enantiomer
klorfeniramin yang memutar kekanan. Isomer ini aktivitas anti histaminnya
paling dominan dan mempunyai konfigurasi S yang super imposable pada
konfigurasi S enantiomorf karbinoksamin levorotatori yang lebih aktif.
4.Bromfeniramin maleat =
Dometane maleat
Kegunaan sama dengan
klorfeniramin maleat senyawa ini mempunyai waktu kerja yang panjang dan efektif
dalam dosis 50 x lebih kecil daripada dosis tripelenamin.
5. Dekstrobromfeniramin maleat = Disomer
Aktivitasnya didominasi
oleh isomer dekstro, dan potensinya sebanding.
Turunan Propilamin yang tidak jenuh
1. Pirobutamin
fosfat USP; Pyronil fosfat; (E)-1-[4-(4-Klorofenil)-3-fanil-2-butenil]pirolidin
difosfat.
Berupa serbuk kristal putih yang larut dalam air panas
sampai 10 %. Garam fosfatnya lebih mudah diabsorbsi daripada garam HCl nya.
2.
Tripolidin HCl USP; Actidil HCl . (E)-2-[3-(1-pirrollidinil)-1-p-tolil propenil)piridin mono
hidroklorida.
Berupa puder
kristalin putih, larut dalam air, alkohol dan larutannya alkali terhadap
lakmus. Aktivitasnya terutama ditentukan pada isomer geometriknya dimana gugus
pirolidinometil adalah trans terhadap
gugus 2-piridil. Studi farmakologi terbaru memastikan aktivitas tripolidin yang
tinggi dan keunggulan isomer E terhadap isomer Z sebagai antagonis-H1
D. Antihistamin sistem
cincin trisiklik
Dua gugus aromatik dalam
klas antihistamin dapat dihubungkan satu sama lain melalui penambahan atom,
misalnya heteroatom seperti S atau O, atau melalui ikatan pendek dari satu atau
dua karbon.
Struktur mereka dapat
digambarkan sebagai berikut :
Antihistamin trisiklik
pertama kali yang poten adalah fenotiazin ( Y = S dan X = N) dan mengandung dua
atau tiga atom karbon menghubungkan rantai alkil diantara nitrogen fenotiazin
dan amina alifatik. Mereka berbeda dari turunan fenotiazin antipsikotik yang
mana biasanya panjang rantai tiga atom karbon dan tidak bercabang dan hilangnya
substitusi dalam cincin aromatik. Disamping aktivitas antihistamin yang
bermanfaat, kebanyakan mempunyai aksi sedatif dan durasinya lama. Penggunaan
lain termasuk pengobatan nausea dan vomiting dihubungkan dengan anestesi dan
untuk mabok perjalanan.
Turunan Fenotiazin:
1. Prometazin Hidroklorida USP ; Phenergan HCl; (±)-10-(2-dimetil-aminopropil)fenotiazin
monohidroklorida
Garam ini berupa serbuk kristalin berupa kuning muda
yang larut dalam air, alcohol dan kloroform. Selain mempunyai aktivitas sebagai
antihistamin, senyawa ini juga mempunyai efek antiemetik, serta memperkuat
kerja obat analgetik dan sedatif. Memperpanjang rantaisamping dan substitusi
gugus lipofilik pada posisi 2 cincin aromatik menghasilkan senyawa dengan
aktivitas antihistamin yang menurun dan menaikkan sifat psikoterapetik. Dipakai
juga untuk pemakaian lokal karena mempunyai efek anestesi lokal.
2. Trimeprazin Tartrat USP ; Temaril tartrate; (±)
- 10-(3-dimetilamino-2-metilpropil) feno-tiazin tartrat
Berupa serbuk kristal putih yang mudah larut dalam air
dan alkohol. Aksi antihistaminnya
sekitar 1,5–5kali prometazin.
Selain itu juga mempunyai aksi antipruritic:
Metdilazin Hidroklorida USP; Tacaryl Hydrochloride
; (±)-10-[(1-metil-3-pirolidinil) metil]
fenotiazin monohidroklorida
Berupa serbuk kristalin kehitaman dengan bau sedikit
karakteristik. Aktivitasnya sama dengan metdilazin dan diberikan secara oral
untuk efek antipruritik. Absorbsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar darah
tertinggi dicapai 30 menit setelah pemberian oral.
Golongan
trisiklik yang lain
1. Siproheptadin HCl USP ; Periactin Hydrochloride;
Heptasan
Senyawa ini sedikit larut dalam air dan dalam alkohol.
Mempunyai aktivitas sebagai antiserotonin dan antihistamin yang potensinya
sebanding dengan klorfeniramin maleat. Dapat digunakan untuk pengobatan alergi
kulit seperti antipruritik, urtikaria, ekzem dan dermatitis. Selain itu juga
mempunyai aktivitas sebagai antimigrain, perangsang nafsu makan dan
trankuilizer. Dosis : 4 mg diberikan 3-4 kali sehari.
2. Azatadin Maleat USP ; Optimine Maleat; Zadine
Azatadin merupakan
isoster aza dari siproheptadin dimana ikatan rangkap dua dari 10,11-direduksi. Azatadin
merupakan antagonis-H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan efek
sedasi rendah. Potensinya 3 x siproheptadin pada lapisan ileum marmot terpisah
dan mempunyai aktivitas yang lebih besar dibanding klorfeniramin maleat. Dosis
lazim : 1-2 mg, dua kali sehari.
Antagonis H1 Generasi kedua
Untuk menghilangkan atau meminimalkan efek sedasi,
maka dikembangkan antihistamin generasi kedua, yaitu senyawa yang mempunyai
kelarutan pada lipid yang rendah pada pH fisiologi, dan bekerja pada reseptor H1perifer.
Mereka bervariasi luas dalam strukturnya.
Contoh antihistamin generasi kedua tersebut antara
lain adalah terfanadin, feksofenadin, astemizol, sefarantin, loratadin,
setrizin, akrivastin, taksifilin dan sodium kromolin.
1. Terfenadin ; Hiblorex; Nadane
Merupakan antagonis H1
selektif yang relatif tidak menimbulkan efek sedasi dan anti-kolinergik.
Senyawa ini tidak berinteraksi dengan reseptor
α dan β
adrenergik, karena tidak mampu menembus sawar darah otak. Terfenadin efektif
untuk pengobatan alergi rinitis musiman, pruritik dan
urtikaria kronik. Absorbsi obat dalam cerna baik dan cepat. Awal kerja obat
cepat sekitar 1-2 jam, efek mencapai maksimum setelah 3-4 jam dan berakhir
setelah sekitar 8 jam. Metabolit utamanya adalah feksofenadin (Allegra) yang
juga merupakan antagonis H1 yang poten.
2. Astemizole
Astemizole merupakan produk pengembangan dari beberapa
benzimidazol. Efek sampingnya serupa terfanadin.
3. Akrivastin (semprex)
Senyawa analog triprolidin yang mempunyai lipofilitas rendah karena ada
gugus karboksilat (asam akrilat), sehingga sukar menembus SSP dan kerja obat
menjadi lebih cepat. Akrivastin digunakan untuk alergi kulit yang kronis.Pemakaiannya
sering dikombinasi dengan obat dekongestant.
4. Loratadin
Loratadin |
Merupakan turunan antihistamin trisiklik
azatadin yang poten, mempunyai masa kerja yang panjang dengan aktivitas
antagonis perifer yang selektif. Loratadin dimetabolis melalui proses oksidasi
dan bukan hidrolisis menjadi deskarboetoksi loratadin.Loratadin digunakan untuk
meringankan gejala alergi rinitis urtikaria kronik dan kelainan alergi
dermatologis.
Cetirizine merupakan metabolit asam dari
oksidasi alkohol primer dari
antihistamin hidroksizin. Memp. durasi
aksi lama dan selektivitas tinggi pada
reseptor H-1.
Antagonis H2
Antagonis H2 menjadi alternatif yang
penting dalam terapi borok peptic. Denominator umum dalam etilogi borok peptic
adalah adanya enzim proteolitik aktif, yaitu pepsin. Oleh karenanya mekanisme
untuk mengobati dan mencegah sakit borok peptik adalah mekanisme penghambatan
pepsin. Mekanisme penghambatan aktivitas pepsin :
- Kompleksasi kimia
- Penghambatan PH
- Antasida
- Anti Sekresi
Kompleksasi
Turunan ester sulfat dan
sulfonat dari poli sakarida dan ligmin membentuk kompleks kimia dengan enzim,
pepsin. Kompleks ini tidak mempunyai aktivitas proteolitik. Karena polisulfat
dan polisulfonat absorbsinya dalam saluran gastro intestinal buruk, kompleksasi
kimia spesifik kelihatannya menjadi mekanisme penghambatan pepsin yang
diinginkan. Sayangnya, polimer ini juga merupakan anti koagulan yang poten.
Aktivitas pepsin itu
tergantung pH. Aktivitas optimum pada pH 1,5 – 2,5 pada 37º C.
Mekanisme antasid
merupakan netralisasi asam, bukan kompleksisasi kimia dengan pepsin. Salah satu
faktor yang menyulitkan adalah ketidakpastian dari interval dosis. Karena laju
dan jumlah sekresi asam beragam dengan perhatian individu terhadap makanan,
kebiasaan makan dan laju pengosongan lambung yang membatasi durasi aksi
antasid. Secara teoritik pengikatan kembali asam adalah masalah yang patensial
karena pH isi lambung mempengaruhi pelepasan gastrin. pH sekitar 2,0 mekanisme
gastrin untuk menstimulasi sekresi lambung diblok, tetapi kenaikan pH diatas 3
menyebabkan pelepasan gastrin. Oleh karena itu mekanisme antasid secara tidak
langsung menstimulasi sekresi asam.
Mekanisme antisekresi
antagonis-H2
Antagonis-H2 menghambat
aksi histamin langsung pada sekresi asam yang distimulasi oleh gastrin atau
asetil kolin. Menurut hipotesis, pensekresi itu mempunyai dua kemanjuran :
·
Kemanjuran
intrinsic, yang menunjukkan respon maksimal yang dihasilkan jika tidak ada obat
lain.
·
Kemanjuran
potensiasi yang menunjukkan besarnya respon dengan adanya obat kedua yang
memperkuat aksinya.
Histamin mempunyai kedua
kemanjuran intrinsic dan potensiasi. Sedangkan gastrin dan asetilkolin hanya
mempunyai kemanjuran potensiasi. Obat antimuskarinik seperti atropin menekan
sekresi lambung yang terstimulasi histamin dengan memblok aksi potensial
asetilkolin. Oleh karena itu, histamin dan antagonis-H2 mampu
mengalami tautorisme 1,3-prototropik dan tautomer N-H pada keduanya lebih
lazim. Gugus donor elektron, mis. metil lebih menyukai tautomer N-H yang lebih
dekat, sedangkan gugus penarik elektron tidak.
Obat-obat yang berinteraksi dengan antagonis H2
1. Metiamida
Metiamida memgandung gugus tiourea non basik dan pola.
Efektif dalam mengurangi sekresi asam lambung. Substituen serupa dengan gugus
sianoguanidin merupakan gugus yang sangat polar, tetapi pada pH fisiologis
didominasi oleh yang tidak terionisasi. Senyawa yang dihasilkan adalah
simetidin, yang mempunyai aktivitas sama dengan metiamida dan tidak memberikan
efek samping agranulositopenia.
2. Simetidin
Berupa padatan kristal
tak berwarna, sedikit larut dalam air (1,14% pada 37º C). Pada pH 7, larutan
dalam air stabil selama 7 hari. Mempunyai koefisien partisi oktanol-air : 2,5. Merupakan
antagonis kompetitif histamin pada reseptor H-2 dari sel parietal, sehingga
secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung yang disebabkan oleh
rangsangan makanan maupun oleh asetil kolin, kaffein dan insulin. Simetidin
digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi
yang patologis. Efek samping yang ditimbulkan a.l. : diarrhae, pusing dan
kelelahan. Keadaan kebingungan dan impotensi dapat terjadi meskipun bersifat
terpulihkan. Dosis lazim dewasa : borok duodenal-oral 300 mg, 4 x sehari
sewaktu makan dan pada waktu tidur. Kondisi hiper sekresi patologik-oral, 300
mg, 4 x sehari dengan makanan dan pada waktu tidur, selama pengobatan klinik. Dosis
anak lazim : oral, 5-10 mg per kg berat badan, 4 x sehari, dengan makanan dan
waktu tidur.
3. Ranitidin HCl =
Ranin = Rantin
Merupakan senyawa analog
simetidin dengan penggantian cincin imidazol dengan isosternya, yakni cincin
furan dan penggantian gugus sianogen
dengan gugus nitrometenil. Merupakan antagonis kompetitif histamin pada reseptor
H2. Digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus. Adanya
modifikasi diatas maka dapat menghilangkan efek samping dari simetidin, seperti ginekomastia, konfusi
mental dan mengurangi kebasaan senyawa. Efek samping ranitidin a.l. hepatitis,
trombosito-penia, dan leukopenia yang terpulihkan. Dosis : 150 mg, 2 x
sehari atau 300 mg, sebelum tidur.
4. Famotidin = Facid
= Restadin
Merupakan antagonis
kompetitif histamin yang khas pada reseptor H2 sehingga secara efektif dapat
menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi lambung.
Merupakan antagonis H2 yang kuat dan sangat selektif. Efek samping
obat a.l. adalah trombositopenia, konstipasi, diarrhe, sakit kepala dan pusing.
Kadar plasma tertinggi dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian oral
dengan masa kerja obat ± 12 jam Dosis : 75 mg,
2 x sehari sebelum tidur.
Referensi:
Block J.H. and Beale
J.M., 2008. Wilson and Gisvolds Textbook of
Organic Medicinal and Pharmaceutical
Chemistry, Ed. 11th,
Toronto: Lippincott Willians
&Wilkins.
Dewick, P.M., 2002. Medicinal Natural Products a Biosynthetic Approach,
Second Ed., Chichester: John Wiley, Baffins Lane.
Ebel S., 1979. Synthetische Arzneimittel, ein Lehr und
Handbuch. Weinheim :VCH
Foye W.O., Lemke, T.L.,
Williams D.A., 2004, Principles of Medicinal Chemistry, 5th. Boston: Lea
& Febiger.
Siswandono & Bambang
Sukardjo, 2000, Kimia Medisinal, ed. 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
Wolff, M. E., 1995, Burger’s Medicinal Chemistry, Ed. III. California:
John Wiley & Sons
Permasalahan:
1. Apa saja efek samping dari turunan fenotiazin?
2. Dapat berinteraksi dengan apa saja fenotiazin?
3. Kontraindikasi apa saja pada fenotiazin?
4. Apa yang di maksud dengan chemoreseptor trigger zone?5. Sebutkan turunan dari fenotiazin?
6. Bagaimana mekanisme turunan dari propilamin?
7. Bagaimana mekanisme turunan dari etilendiamin?
8. Bagaimana efek samping dari propilamin dan etilendiamin?